Selasa, 21 Juli 2015

[009] At Taubah Ayat 042

««•»»
[009] At Taubah Ayat 042
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 41]•[AYAT 43]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
42of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=42&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:42

[009] At Taubah Ayat 041

««•»»
Surah At Taubah 41

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
««•»»
infiruu khifaafan watsiqaalan wajaahiduu bi-amwaalikum wa-anfusikum fii sabiili allaahi dzaalikum khayrun lakum in kuntum ta'lamuuna
««•»»
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
««•»»
Go forth, whether [armed] lightly or heavily, and wage jihād with your possessions and persons in the way of Allah. That is better for you, should you know.
««•»»

Pada ayat ini diterangkan bahwa berperang itu bukan lagi anjuran, tetapi wajib sehingga tidak seorang muslim pun yang dibenarkan untuk tidak ikut berperang. Tiap-tiap orang yang sehat, tua, kaya dan miskin wajib tampil ke medan juang untuk membela Islam dan menegakkan kebenaran. Orang-orang yang uzur yang dibenarkan syarak, seperti terlalu tua, lemah fisiknya, tak berdaya lagi, sakit keras dan lain-lain karena mereka akan menjadi beban saja apabila diikutsertakan dalam peperangan, tidak diwajibkan ikut berperang.

Firman Allah swt.:
لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang lemah, orang-orang sakit dan orang-orang yang tidak memperoleh apa yang mereka nafkahkan apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya.
(QS. At Taubah [9]:91)

Mereka diperintahkan berjihad dan berperang melawan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh agama-Nya, mendermakan harta dan dirinya untuk menegakkan keadilan meninggikan kalimat Allah. Baik tampil ke medan perang maupun berjihad dengan harta dan jiwanya dengan maksud menjunjung tinggi derajat umat dan agama adalah lebih baik kalau betul-betul mengetahui akibat perbuatannya yang baik itu karena yang demikian tidak saja menjadi kebahagiaan mereka di dunia ini, tetapi juga menjadi kebahagiaan abadi kelak di akhirat.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat) dalam keadaan bersemangat atau pun dalam keadaan tidak bersemangat. Menurut penafsiran yang lain dikatakan bahwa arti ayat ini ialah baik dalam keadaan kuat maupun dalam keadaan lemah atau baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kekurangan. Akan tetapi ayat ini dinasakh oleh firman Allah swt. yang lain, yaitu, "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah..." (Q.S. At-Taubah 91). (dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui) bahwasanya hal ini lebih baik bagi diri kalian, oleh sebab itu jangan sekali-kali kalian merasa berat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap orang-orang munafik, yaitu mereka yang enggan pergi berperang.
««•»»
Go forth, light and heavy!, that is, energetically or not; it is also said [to mean], [go forth] strong or weak, or rich or poor — but this was abrogated by the verse, The weak would not be at fault … [Q. 9:91]. Struggle in the way of God with your possessions and your lives: that is better for you, if only you knew, that it is better for you; so do not sink down heavily.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah atsar melalui Mujahid sehubungan dengan ayat ini. Mujahid menceritakan bahwa hal ini terjadi ketika mereka diperintahkan untuk berangkat ke medan perang Tabuk sesudah penaklukan kota Mekah. Mereka diperintahkan untuk berangkat, sedangkan pada saat itu sedang musim panas dan buah-buahan sedang mulai masak. Suasananya pada saat itu membuat orang-orang senang bernaung-naung di bawah pepohonan, dan sangat berat bila diajak untuk berangkat ke medan perang. maka Allah menurunkan firman-Nya, "Berangkatlah kalian baik dalam keadaan ringan atau pun merasa berat." (Q.S. At-Taubah 41). Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah atsar melalui Hadhramiy yang menceritakan, ia mendengar berita, bahwa ada orang-orang yang salah seorang dari mereka sedang terkena sakit atau karena usia terlalu tua, lalu ia mengatakan, "Sesungguhnya aku berdosa karena tidak ikut ke medan perang." Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat."
(QS. At Taubah [9]:41).
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 40]•[AYAT 42]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
41of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=41&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:41

[009] At Taubah Ayat 040

««•»»
Surah At Taubah 40

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
««•»»
illaa tanshuruuhu faqad nasharahu allaahu idz akhrajahu alladziina kafaruu tsaaniya itsnayni idz humaa fii alghaari idz yaquulu lishaahibihi laa tahzan inna allaaha ma'anaa fa-anzala allaahu sakiinatahu 'alayhi wa-ayyadahu bijunuudin lam tarawhaa waja'ala kalimata alladziina kafaruu alssuflaa wakalimatu allaahi hiya al'ulyaa waallaahu 'aziizun hakiimun
««•»»
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quraan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. {643}.
{643} Maksudnya: orang-orang kafir telah sepakat hendak membunuh Nabi SAW, Maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat orang-orang kafir itu kepada Nabi SAW. karena itu Maka beliau keluar dengan ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke Madinah beliau bersembunyi di suatu gua di bukit Tsur.
««•»»
If you do not help him,[1] then Allah has already helped him when the faithless expelled him, as one of two [refugees], when the two of them were in the cave, he said to his companion, ‘Do not grieve; Allah is indeed with us.’ Then Allah sent down His composure upon him, and strengthened him with hosts you did not see, and He made the word of the faithless the lowest; and the word of Allah is the highest; and Allah is all-mighty, all-wise.
[1] That is, the Prophet (ṣ).
««•»»

Pada ayat ini Allah swt. tidak membenarkan sangkaan orang-orang musyrik, bahwa perjuangan Nabi Muhammad saw. tidak akan berhasil apabila mereka tidak ikut membantunya. Sekali pun mereka tidak ikut membantunya, maka sudah tentu Allah akan membantunya. Hal ini telah dibuktikan oleh Allah swt., yaitu ketika rumah Nabi Muhammad saw. dikepung rapat-rapat oleh orang-orang Quraisy yang akan membunuhnya. Pembunuhan itu dimaksudkan untuk membendung dan menghentikan dakwah Islamiah yang mereka khawatirkan, makin hari makin meluas pengaruhnya. Atas pertolongan dan bantuan Allah swt. Nabi Muhammad saw. dapat lolos dari kepungan mereka yang ketat sehingga dengan perasaan aman beliau keluar dari rumahnya menuju suatu gua di gunung Sur tempat persembunyiannya untuk sementara ditemani oleh sahabat setianya Abu Bakar. Sedang di waktu Nabi keluar dari rumahnya itu orang yang mengepung itu pun berada dalam keadaan tidur nyenyak sampai pagi.

Demikianlah Allah swt. menggagalkan niat jahat mereka. Setelah mereka bangun dari tidurnya dan melihat Nabi Muhammad saw. sudah tidak ada lagi di tempat tidurnya, tetapi yang ada ialah Ali bin Abu Talib, mereka merasa kecewa dan marahnya pun bertambah terutama ketika mereka yakin bahwa yang menaburkan pasir ke telinga mereka ialah Nabi Muhammad saw. sendiri. Segeralah mereka mengikuti jejak Nabi saw. dengan penuh amarah sehingga sampai di gua Sur. Melihat situasi gawat itu Abu Bakar merasa cemas dan berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah andaikata ada salah seorang di antara mereka mengangkat kakinya pasti dia dapat melihat kita berada di bawah kakinya." Nabi Muhammad saw. menjawab: "Wahai Abu Bakar, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."

Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar di dalam gua Sur, senantiasa berada di bawah pertolongan, bantuan, kekuasaan dan lindungan Allah. Allah menetapkan ketenangan hati Nabi saw. dan Abu Bakar serta memberikan bantuan tentara yang tidak dilihatnya sehingga selamatlah keduanya di dalam gua Sur, dan gagallah niat jahat mereka itu.

Firman Allah swt.:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuh atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
(QS. Al Anfaal [8]:30)

Dan firman-Nya:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia.
(QS. Mu'min [40]:51)

Allah swt. selalu menempatkan orang-orang kafir itu di tingkat yang rendah, selalu kalah. Dan kalimat Allah yaitu agama yang didasarkan atas tauhid, jauh dari syirik, selalu ditempatkan di tempat yang tinggi mengatasi yang lain. Allah swt. Maha Kuasa dan Maha Perkasa, selalu menang tidak ada yang dapat mengalahkannya, Maha Bijaksana, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dialah yang selalu menolong memenangkan Rasulullah saw. dengan kekuasaan-Nya, memenangkan agama-Nya dan agama-agama yang lain dengan kebijaksanaan-Nya,

sebagaimana firman Allah swt.:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
(QS. At Taubah [9]:33)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Jika kalian tidak menolongnya) yakni Nabi Muhammad saw. (maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, yaitu ketika) sewaktu (orang-orang kafir mengeluarkannya) dari Mekah, artinya mereka memaksanya supaya keluar dari Mekah sebagai tindak lanjut dari rencana yang telah mereka musyawarahkan di Darun Nadwah, yaitu membunuh, menahan atau mengusirnya (sedangkan dia salah seorang dari dua orang) lafal ayat ini menjadi hal/keterangan keadaan; maksudnya sewaktu dia menjadi salah seorang dari dua orang sedangkan yang lainnya ialah Abu Bakar. Pengertian yang tersirat dari ayat ini ialah semoga Allah menolongnya dalam keadaan seperti itu, maka semoga pula Dia tidak membiarkannya dalam keadaan yang lainnya. (Ketika) menjadi badal/kata ganti daripada lafal idz yang sebelumnya (keduanya berada dalam gua) di bukit Tsur (di waktu) menjadi badal daripada idz yang kedua (dia berkata kepada temannya,) kepada Abu Bakar yang pada saat melihat kaki kaum musyrikin ia berkata kepada Nabi saw., "Seandainya salah seorang daripada mereka melihat ke arah bawah telapak kakinya niscaya dia akan dapat melihat kita berdua." ("Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.") melalui pertolongan-Nya. (Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya) rasa aman (kepadanya) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa dhamir di sini kembali kepada Nabi Muhammad saw. sedangkan menurut pendapat yang lain kembali kepada Abu Bakar (dan membantunya) yakni Nabi Muhammad saw. (dengan tentara yang kalian tidak melihatnya) yaitu para malaikat, di dalam gua tersebut dan di medan-medan pertempuran yang dialaminya (dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir) yaitu seruan kemusyrikan (itulah yang rendah) yakni kalah. (Dan kalimat Allah) kalimat syahadat (itulah yang tinggi) yang tampak dan menang. (Allah Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam penciptaan-Nya.
««•»»
If you do not help him, that is, the Prophet (s), [know that] God has already helped him, when the disbelievers drove him forth, from Mecca, that is, they made him resort to leaving, when they desired to kill him or imprison him or banish him at the council assembly — the second of two (thāniya ithnayn: this is a circumstantial qualifier), that is, one of two, the other being Abū Bakr: in other words, just as God helped him in such a situation, He will not forsake him in another; when (idh substitutes for the previous idh) the two were in the cave — a breach in the mountain called Thawr — when (idh substituting again), he said to his companion, Abū Bakr — who, upon perceiving the [sound of the] feet of the idolaters [nearby], had said to him, ‘If one of them should merely look below his feet, he will definitely see us!’ — ‘Do not despair; verily God is with us’, assisting [us]. Then God sent down His Spirit of Peace upon him, His reassurance — some say this means upon the Prophet, others, that it means upon Abū Bakr — and supported him, that is, the Prophet (s), with legions, of angels, you did not see, [both] in the cave and in the locations in which he fought battles; and He made the word of those who disbelieved, that is, the call to idolatry, the nethermost, the one vanquished, and the Word of God, that is, the profession of His Oneness (shahāda), was the uppermost, the one prevailing and triumphant. And God is Mighty, in His Kingdom, Wise, in His actions.
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 39]•[AYAT 41]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
40of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=40&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:40

[009] At Taubah Ayat 039

««•»»
Surah At Taubah 39

إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
««•»»
illaa tanfiruu yu'adzdzibkum 'adzaaban aliiman wayastabdil qawman ghayrakum walaa tadhurruuhu syay-an waallaahu 'alaa kulli syay-in qadiirun
««•»»
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
««•»»
If you do not go forth, He will punish you with a painful punishment, and replace you with another people, and you will not hurt Him in the least, and Allah has power over all things.
««•»»

Pada ayat ini Allah swt. mengancam orang-orang yang tidak patuh dan tidak mau tunduk memenuhi anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. untuk pergi berperang. Mereka akan disiksa di dunia ini antara lain dengan kehancuran, kelaparan, dan lain-lainnya, dan mereka akan diganti dengan satu kaum yang taat kepada Allah swt., patuh pada Rasul-Nya mencintai Rasul-Nya dan membantu Nabi saw. menegakkan agama yang dibawanya. Pembangkangan mereka terhadap anjuran dan perintah Nabi Muhammad saw. pergi berperang untuk menegakkan agama, tidaklah akan memberi mudarat kepada Allah swt. sedikit pun dan tidak pula memberikan manfaat

sebagaimana firman Allah yang disabdakan Rasulullah saw.:
ياعبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتننفعوني
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan membikin mudarat kepada-Ku hingga kamu dapat menyusahkan Aku, begitu juga kamu tidak dapat memberikan manfaat kepada-Ku hingga kamu dapat memberikan pertolongan kepada-Ku.
(HR. Muslim dari Abu Zar Giffari)

Allah swt. Maha Kuasa membinasakan sesuatu kaum dan menggantinya dengan kaum yang lain yang mau berjihad di jalan Allah dengan hartanya dan kalau perlu dengan jiwanya. Mereka tidak takut akan celaan dan cercaan orang dalam menegakkan kebenaran.

Firman Allah swt.:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).
(QS. Muhammad [47]:38)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Jika) lafal illaa di sini pada asalnya ialah gabungan antara in syarthiyah dan laa nafi (kalian tidak berangkat) keluar bersama dengan Nabi saw. untuk melakukan jihad (niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih)) yang menyakitkan (dan diganti-Nya kalian dengan kaum yang lain) artinya Allah akan mendatangkan kaum yang lain sebagai pengganti kalian (dan kalian tidak dapat memberi kemudaratan kepada-Nya) yakni kepada Allah atau kepada Nabi saw. (sedikit pun) dikarenakan kalian tidak mau membantunya, maka sesungguhnya Allahlah yang akan menolong agama-Nya (Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) yang antara lain ialah menolong agama dan Nabi-Nya.
««•»»
If (illā: lā has been assimilated with the nūn of the conditional particle in, in both instances [here and in the next verse]) you do not go forth, [if you do not] set out with the Prophet (s) for the struggle, He will chastise you with a painful chastisement, and He will substitute [you with] another folk other than you, that is, He will bring them in your place, and you will not hurt Him, that is, God, or [‘him’ as being] the Prophet (s), at all, should you neglect to help him [to victory], for God [Himself] will indeed bring victory to His religion; for God has power over all things, including bringing victory to His religion and His Prophet.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah atsar melalui Najdah bin Nafi'. Najdah bin Nafi' menceritakan, bahwa ia pernah menanyakan ayat ini kepada Ibnu Abbas r.a. Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab bahwa Rasulullah saw. menyuruh berangkat ke medan perang beberapa kabilah Arab, akan tetapi mereka merasa berat untuk melaksanakannya maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih."
(QS. At Taubah [9]:39).

Kemudian Allah swt. menahan hujan daripada mereka, sehingga mereka kekeringan; hal itu sebagai siksa dari Allah kepada mereka.
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 38]•[AYAT 40]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
39of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=39&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:39

[009] At Taubah Ayat 038

««•»»
Surah At Taubah 38

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
««•»»
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu maa lakum idzaa qiila lakumu infiruu fii sabiili allaahi itstsaaqaltum ilaa al-ardhi aradhiitum bialhayaati alddunyaa mina al-aakhirati famaa mataa'u alhayaati alddunyaa fii al-aakhirati illaa qaliilun
««•»»
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni'matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.
««•»»
O you who have faith! What is the matter with you that when you are told: ‘Go forth in the way of Allah,’ you sink heavily to the ground? Are you pleased with the life of this world instead of the Hereafter? But the wares of the life of this world compared with the Hereafter are but insignificant.
««•»»

Pada tahun ke 9 hijrah Nabi Muhammad saw. memerintahkan kaum Muslimin supaya bersiap-siap berperang melawan orang-orang Nasrani di Tabuk, yaitu suatu tempat yang terletak antara Madinah dan Damsyik, lebih kurang 610 km dari Madinah dan 692 km dari Damsyik. Perintah persiapan ini didasarkan atas berita yang sampai kepada kaum Muslimin dari kaum Nibty yang membawa dagangan minyak negeri Syam, bahwa bangsa Romawi bersama kaum Nasrani Arab yang terdiri dari kaum Lakhmin, Juzam dan lain-lain yang jumlahnya kira-kira 40 ribu orang lengkap dengan persenjataan dan perbekalan serta dipimpin seorang panglima besar bernama Qubaz. Mereka telah siap untuk menyerbu kota Madinah memerangi kaum Muslimin. Barisan perintis mereka sudah sampai pada suatu tempat di perbatasan yang bernama Baqias. Suatu kebiasaan Nabi Muhammad saw. apabila menghadapi suatu peperangan dengan pertimbangan kemaslahatan beliau merahasiakan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan itu.

Tetapi kali ini Nabi Besar Muhammad saw. secara terbuka memberitahukan kaum Muslimin tentang keadaan yang serba sulit dan susah, serta kekurangan, jauhnya jarak yang ditempuh, jumlah bala tentara dan kekuatan musuh yang akan dihadapi agar mereka benar-benar mengadakan persiapan yang mantap.

Kaum Muslimin yang imannya teguh, kuat membaja, tanpa memikir keadaan yang serba sulit serta menyedihkan, bersiap-siap menunggu komando pemberangkatan. Para dermawan tidak segan-segan menyumbangkan kekayaannya demi untuk kepentingan jihad fisabilillah. Sayidina Usman menyumbang 10.000 dinar, 300 unta, lengkap dengan persenjataannya dan 50 kuda. Sayidina Abu Bakar menyumbangkan semua kekayaannya yaitu 4.000 dirham. Nabi Muhammad saw. bertanya: "Apakah masih ada sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" Beliau menjawab: "Yang saya tinggalkan untuk keluargaku ialah Allah dan Rasul-Nya." Sayidina Umar bin Khatab menyumbang seperdua dari harta kekayaannya.

Asim bin `Adi menyumbangkan 70 wasaq kurma (satu wasaq = 60 gantang). Kaum ibu juga tidak mau ketinggalan. Perhiasan emas mereka berupa gelang, anting-anting, kalung dan lain sebagainya disumbangkan dengan penuh keikhlasan demi untuk suksesnya perjuangan kaum Muslimin. Setelah segala sesuatunya dianggap siap, berangkatlah Nabi Besar Muhammad saw. bersama 30.000 orang menuju Tabuk. Muhammad bin Maslamah ditunjuk oleh Rasulullah saw. untuk mengurus kota Madinah dan mempercayakan kepada Ali bin Talib mengurus rumah tangganya.

Di samping itu tidak sedikit tentara kaum Muslimin yang bermalas-malas dan tidak ikut serta bersama ke Tabuk dengan dalih antara lain, bahwa belum lama mereka kembali dari perang Hunain dan Taif. Juga pada waktu musim panas sangat teriknya, musim paceklik, sukar dan susah memperoleh kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan lain sebagainya. Karena sulitnya mendapat makanan sebiji kurma untuk makanan dua orang, sedang pada waktu itu buah-buahan di Madinah seperti kurma sudah mulai masak, dan sebentar lagi dipetik.

Dengan ayat ini Allah swt. mencela dan mengutuk perbuatan mereka. Dan dari kejadian ini dapat diketahui dengan jelas, siapa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman, dan siapa di antara mereka yang munafik, yang imannya hanya pura-pura saja. Salah satu tanda bahwa iman seseorang itu benar ialah dia rela mengorbankan harta dan kalau perlu jiwanya untuk jihad di jalan Allah,

sebagaimana firman Allah swt.:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak raga-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.
(QS. Al Hujuurat [49]:15)

Sedangkan orang-orang munafik yaitu orang-orang yang imannya hanya pura-pura, mereka lebih mengutamakan kesenangan hidup di dunia yang fana ini yang segala sesuatunya bersifat sementara daripada kebahagiaan di akhirat kelak yang sifatnya kekal abadi. Padahal kesenangan di dunia bagaimanapun hebatnya tidaklah mempunyai arti apa-apa jika dibandingkan dengan kebahagiaan di akhirat.

Sabda Rasulullah saw.:
والله ما الدنيا في الآخرة إلا كما يجعل أحدكم أصبعه في اليم ثم يرفعها فلينظر بم يرجع
Demi Allah tiadalah dunia ini (jika dibandingkan) dengan akhirat kecuali (hanya) seperti salah seorang kamu yang meletakkan jarinya di dalam laut kemudian diangkatnya. Maka lihatlah apa yang hanya terbawa oleh jarinya.
(HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmizi dari Al Miswar)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ayat ini diturunkan sewaktu Nabi saw. menyeru kaum muslimin untuk berangkat ke perang Tabuk sedangkan pada saat itu udara sangat panas dan cuacanya sulit sehingga hal itu membuat mereka berat untuk melakukannya (Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kalian, "Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah lalu kalian merasa berat) lafal itstsaaqaltum pada asalnya tatsaaqaltum kemudian huruf ta diganti dengan huruf tsa lalu diidgamkan atau digabungkan dengan huruf tsa yang asli setelah itu ditarik hamzah washal sehingga jadilah itstsaaqaltum. Artinya kalian malas dan enggan untuk melakukan jihad (dan ingin tinggal di tempat kalian saja?) artinya ingin tetap di tempat tinggal, istifham/kata tanya pada permulaan ayat mengandung makna taubikh/celaan. (Apakah kalian puas dengan kehidupan di dunia) dengan kesenang-kesenangannya (sebagai ganti kehidupan akhirat?) sebagai ganti kenikmatan ukhrawi (padahal kenikmatan hidup di dunia ini di) dibandingkan dengan kenikmatan (akhirat hanyalah sedikit") sangat kecil dan tidak ada artinya.
««•»»
When the Prophet (s) summoned men for the Tabūk campaign, and they thought it too burdensome, because of the hardship and the extreme heat from which they were suffering, the following was revealed: O you who believe, what is wrong with you that, when it is said to you, ‘Go forth in the way of God,’ you sink down heavily (iththāqaltum: the original tā’ [of tathāqaltum] has been assimilated with the thā’, and the conjunctive hamza has been supplied), in other words, you hesitate and are disinclined to [participate in] the struggle, to the ground, to stay sitting upon it? (the interrogative is meant as a rebuke). Are you so content with the life of this world, and its delights, rather than with the Hereafter?, that is, in place of its bliss? Yet the enjoyment of the life of this world is, in, comparison with the enjoyment of, the Hereafter but little, trivial.
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 37]•[AYAT 39]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
38of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=38&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:38

[009] At Taubah Ayat 037

««•»»
Surah At Taubah 37

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
««•»»
innamaa alnnasii-u ziyaadatun fii alkufri yudhallu bihi alladziina kafaruu yuhilluunahu 'aaman wayuharrimuunahu 'aaman liyuwaathi-uu 'iddata maa harrama allaahu fayuhilluu maa harrama allaahu zuyyina lahum suu-u a'maalihim waallaahu laa yahdii alqawma alkaafiriina
««•»»
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu {642} adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur- undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
{642} Muharram, Rajab, Zulqaedah dan Zulhijjah adalah bulan-bulan yang dihormati dan dalam bulan-bulan tersebut tidak boleh diadakan peperangan. tetapi peraturan ini dilanggar oleh mereka dengan Mengadakan peperangan di bulan Muharram, dan menjadikan bulan Safar sebagai bulan yang dihormati untuk pengganti bulan Muharram itu. Sekalipun bulangan bulan-bulan yang disucikan yaitu, empat bulan juga. tetapi dengan perbuatan itu, tata tertib di Jazirah Arab menjadi kacau dan lalu lintas perdagangan terganggu.
««•»»
Indeed nasī[1] is an increase in unfaith, whereby the faithless are led [further] astray. They allow it in one year and forbid it another year, so as to fit in with the number which Allah has made inviolable, thus permitting what Allah has forbidden. Their evil deeds appear to them as decorous, and Allah does not guide the faithless lot.
[1] A pre-Islamic practice of intercalation. Its exact character is somewhat uncertain.
««•»»

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa pengunduran bulan haram kepada bulan berikutnya seperti pengunduran bulan Muharam ke bulan Safar dengan maksud agar pada bulan Muharam itu diperbolehkan berperang adalah suatu kekafiran. Di samping orang yang berani mengundurkan bulan haram itu telah kafir kepada Tuhan dia pun bertambah kekafirannya karena menganggap dirinya sama dengan Tuhan dalam menetapkan hukum.

Telah jelas dan diakui semenjak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bahwa pada bulan-bulan haram itu tidak dibolehkan berperang tetapi karena orang-orang musyrikin itu tidak dapat menguasai dirinya untuk meninggalkan berperang selama tiga bulan berturut-turut yaitu pada bulan Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam, maka bulan itu digeser ke bulan lain sehingga mereka mendapat kesempatan untuk berperang pada bulan Muharam.

Hal ini biasa mereka lakukan ketika mereka berada di Mina. Ketika para jemaah haji berkumpul di sana berdirilah seorang pemimpin dari Bani Kinanah dan berkata: "Sayalah orang yang tak dapat ditolak keputusannya." Para jemaah menjawab: "Benarlah apa yang engkau katakan itu dan tangguhkanlah untuk kami bulan Muharam ke bulan Safar." Lalu pemimpin itu menghalalkan bagi mereka bulan Muharam dan mengharamkan bulan Safar, dan menamakan bulan Muharam itu dengan nama yang lain yaitu "Nasik".

Demikianlah watak orang musyrik, mereka karena didorong oleh keinginan dan hawa nafsu, berani menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan berani pula mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, karena mereka telah dipengaruhi nafsu setan, dan tentu saja orang yang berwatak itu tidak akan mendapat petunjuk dari Allah swt.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu) yaitu menangguhkan kesucian bulan haram tersebut kepada bulan yang lain seperti tradisi yang biasa dilakukan pada zaman jahiliah. Mereka biasa mengakhirkan kesucian bulan Muharam, bilamana waktu bulan Muharam tiba sedangkan mereka masih dalam peperangan, maka mereka memindahkan kesucian bulan Muharam kepada bulan Safar (adalah menambah kekafiran) karena kekafiran terhadap ketentuan hukum yang telah ditetapkan Allah dalam bulan Muharam itu (disesatkan) dapat dibaca yadhallu dan dapat pula dibaca yadhillu (orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkan) perbuatan mengundur-undurkan itu (pada suatu tahun dan mereka mengharamkannya pada tahun yang lain agar mereka dapat menyesuaikan) supaya penghalalan dan pengharaman bulan mereka dan pergantiannya cocok (dengan bilangan) hitungan (yang Allah mengharamkannya) yakni bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah. Dalam hal ini mereka tidak menambah-nambahkan atas empat bulan yang diharamkan itu dan pula mereka tidak menguranginya hanya mereka tidak memperhatikan lagi ketentuan-ketentuan waktu yang telah ditetapkan Allah (maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu) sehingga mereka menduganya sebagai perbuatan yang baik (Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir).
««•»»
Postponement [of the sacred month] — that is, the deferment of the sacredness of a given month to another, as they used to do during paganism, such as postponing the sacredness of Muharram, if it arrives while they are at war, to Safar — is only an excess of unbelief, because of their rejection of God’s ruling thereof, whereby those who disbelieve are led astray (yudallu may also be read yadillu, ‘[they] go astray’), one year they make it, the month postponed, profane, and hallow it another, that they may make up, by profaning one month and hallowing another in its place, the number, of months, which God has hallowed, such that they do not hallow more, or less, than the four months, but without observing the individual months themselves; and so they profane what God has hallowed. Their evil deeds have been adorned for them, such that they deem them to be good [deeds]; and God does not guide the disbelieving folk.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah atsar melalui Abu Malik yang menceritakan, bahwa pada zaman jahiliah orang-orang menjadikan satu tahun menjadi tiga belas bulan. Maka mereka menjadikan bulan Muharam sebagai bulan Shafar, sehingga mereka menghalalkan banyak hal yang diharamkan pada bulan Muharam tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya mengundur-undur bulan haram itu adalah menambahkan kekafiran."
(QS. At Taubah [9]:37).
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 36]•[AYAT 38]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
37of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=37&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:37

Senin, 20 Juli 2015

[009] At Taubah Ayat 036

««•»»
Surah At Taubah 36

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
««•»»
inna 'iddata alsysyuhuuri 'inda allaahi itsnaa 'asyara syahran fii kitaabi allaahi yawma khalaqa alssamaawaati waal-ardha minhaa arba'atun hurumun dzaalika alddiinu alqayyimu falaa tazhlimuu fiihinna anfusakum waqaatiluu almusyrikiina kaaffatan kamaa yuqaatiluunakum kaaffatan wai'lamuu anna allaaha ma'a almuttaqiina
««•»»
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram {640}. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri {641} kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
{640} Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
{641} Maksudnya janganlah kamu Menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan Mengadakan peperangan.
««•»»
Indeed the number of months with Allah is twelve months in Allah’s Book, the day when He created the heavens and the earth. Of these, four are sacred. That is the upright religion. So do not wrong yourselves during them.[1] Fight all the polytheists, just as they fight you all, and know that Allah is with the Godwary.
[1] The sacred months are Muḥarram, Rajab, Dhū al-Qaʿdah and Dhū al-Ḥijjah.
««•»»

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah menetapkan bilangan bulan itu dua belas semenjak Dia menciptakan langit dan bumi. Yang dimaksud dengan bulan di sini ialah bulan Qamariah karena dengan perhitungan Qamariah itulah Allah menetapkan waktu untuk mengerjakan ibadat yang fardu dan ibadat yang sunat dan beberapa ketentuan lain. Maka menunaikan ibadah haji, puasa, ketetapan mengenai idah wanita yang diceraikan dan masa menyusui ditentukan dengan bulan Qamariah.

Di antara bulan-bulan yang dua belas itu ada empat bulan yang ditetapkan sebagai bulan haram yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. Keempat bulan itu harus dihormati dan pada waktu itu tidak boleh melakukan peperangan. Ketetapan ini berlaku pula dalam syariat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai kepada syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Kalau ada yang melanggar ketentuan ini maka pelanggaran itu bukanlah karena ketetapan itu sudah berubah, tetapi semata-mata karena menuruti kemauan hawa nafsu sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin. Biasanya orang-orang Arab amat patuh kepada ketetapan ini sehingga apabila seseorang terbunuh saudaranya atau bapaknya lalu ia bertemu dengan pembunuhnya pada salah satu bulan haram ini dia tidak akan berani menuntut balas, karena menghormati bulan haram itu. Padahal orang Arab sangat terkenal semangatnya untuk menuntut bela dan membalas dendam. Itulah ketetapan yang harus dipenuhi karena pelanggaran terhadap ketentuan ini sama saja dengan menganiaya diri sendiri karena Allah telah memuliakan dan menjadikannya bulan-bulan yang harus dihormati. Kecuali kalau kita dikhianati atau diserang pada bulan haram itu maka dalam hal ini wajib mempertahankan diri dan membalas kejahatan dengan kejahatan pula,

sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram, katakanlah: "Berperang pada bulan itu adalah dosa besar tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan membuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh." Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran).
(QS. Al Baqarah [2]:217)

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin supaya memerangi kaum musyrikin karena mereka memerangi kaum Muslimin. Mereka memerangi kaum Muslimin bukan karena balas dendam, atau fanatik kesukuan atau merampas harta benda sebagaimana biasa mereka lakukan di masa yang lalu terhadap kabilah lain, tetapi maksud utama adalah menghancurkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan memadamkan cahayanya. Maka wajiblah bagi setiap muslim bangun serentak memerangi mereka sampai agama Islam itu tegak dan agama mereka hancur binasa. Hendaklah ditanamkan ke dalam dada setiap muslim semangat jihad yang berkobar-kobar serta tekad dan keyakinan bahwa mereka pasti menang karena Allah selamanya menolong orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya bilangan bulan) jumlah bulan pertahunnya (pada sisi Allah adalah dua belas bulan dalam Kitabullah) dalam Lohmahfuz (di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya) bulan-bulan tersebut (empat bulan suci) yang disucikan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. (Itulah) penyucian bulan-bulan yang empat tersebut (agama yang lurus) artinya agama yang mustaqim (maka janganlah kalian menganiaya dalam bulan-bulan tersebut) dalam bulan-bulan yang empat itu (diri kalian sendiri) dengan melakukan kemaksiatan. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat yang dilakukan dalam bulan-bulan tersebut dosanya lebih besar lagi. Menurut suatu penafsiran disebutkan bahwa dhamir fiihinna kembali kepada itsnaa `asyara, artinya dalam bulan-bulan yang dua belas itu (dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya) seluruhnya dalam bulan-bulan yang dua belas itu (sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang takwa) pertolongan dan bantuan-Nya selalu menyertai mereka.
««•»»
Verily the number of months, used to reckon the year, with God is twelve months in the Book of God, the Preserved Tablet (al-lawh al-mahfūz), from the day that He created the heavens and the earth; four of them, that is, the months, are sacred, inviolable: Dhū’l-Qa‘da, Dhū’l-Hijja, Muharram and Rajab. That, making of them sacred, is the right, the upright, religion. So do not wrong yourselves during them, during these sacred months, with acts of disobedience, for their burden [of sin] is greater therein; but it is also said to mean [do not wrong yourselves] at any time during all the months [of the year]. And fight the idolaters altogether, all of them, throughout the months, even as they fight you altogether; and know that God is with those who fear Him, supporting and assisting [them].
««•»»
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 35]•[AYAT 37]•
•[
KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
36of129
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=9&tAyahNo=36&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#9:36